Jumat, 30 Januari 2015

Menemukan sesuatu yang tepat itu butuh usaha



Baiklah, saat mengerjakan aktivitas menulis ini saya sedang merasa gembira, bahagia, dan sejahtera. Gembira dan bahagia karena saya berhasil menemukan baju (baca: template) baru untuk blog ini, sejahtera karena tidak ada hubungannya sebenarnya. Hehe. 

Judul di atas sebenarnya agak "menipu" karena, pada kenyataannya, mencari template, terlebih yang gratis, itu susah-susah gampang. Kenapa? karena banyak hal: kesuaian tulisan di blog dengan template, paduan warna antara background dan font template, besar font, dan sebagainya yang bisa saya sebutkan satu per satu. Tidak. Nah, saya punya sedikit saran yang barangkali bisa dipertimbangkan sebelum "memasang" template pada blog. Oya, perlu saya sampaikan sebelumnya bahwa saya bukanlah seorang ahli coding. Saran berikut adalah murni berasal dari pengalaman pribadi. Monggo disimak. 

1. Tentukan tujuan pemasangan template
Bagi seorang penulis yang ingin tulisannya menjadi "titik-berat" dalam blognya maka sudah semestinya mencari template yang mendukung tujuan tersebut. Misalnya, template tersebut memiliki ukuran font yang cukup besar sehingga memberi kemudahan untuk dibaca. Bagi seorang yang ingin memamerkan hasil jepretannya bisa memilih template dengan fitur-fitur yang mendukung juga. Pada saat melakukan pencarian, saya menemukan cukup banyak template dengan peruntukkan yang seperti itu.

2. Lakukan Trial and Error
Istilah di atas mungkin kurang tepat untuk penjelasan yang akan diberikan berikut. Trial and Error yang saya maksud adalah mencoba terlebih dahulu template yang ditemukan sebelum benar-benar yakin akan dipasang pada blog. Percobaan tersebut, terlebih dahulu, dapat dilakukan dengan cara melakukan pratinjau (preview) dari "demo" yang biasanya sudah tersedia. Setelah merasa cocok dengan pratinjau tadi, lakukan pratinjau untuk kedua kalinya pada blog untuk melihat kecocokan antara template dan konten blog. Jangan patah semangat jika belum menemukan template yang sesuai. Sekedar info, saya baru menemukan template yang benar-benar cocok setelah semalaman mencari.

3. Cari yang terbaik
Salah satu tujuan penulisan atau penyajian konten lain dalam blog, selain untuk kenyamanan, adalah untuk memberikan konten yang berkualitas dan kualitas tersebut dapat terdukung dengan template yang sesuai sehingga mencari template yang terbaik menjadi penting. Dalam bahasa marketing, mungkin hal inilah yang disebut dengan packaging (pengemasan). Konten yang berkualitas menjadi lebih menarik dengan adanya template yang menarik pula.

Demikianlah pelajaran berharga di  atas yang dapat saya sampaikan. Semoga membantu. Oya, salah satu laman yang menyediakan template gratis dengan variasi beragam dapat ditemukan di mari. Selamat berburu! :D

Selasa, 27 Januari 2015

Melatih Ingatan dengan Memrise

Melatih ingatan dengan Memrise


Siang ini saya iseng-iseng baca laman bbc.co.uk pada bagian ’future’. Setelah di-klik, ternyata ada banyak tulisan di dalam bagian itu. Mulai dari mana ya? Inilah pertanyaan yang muncul saat itu karena banyak sekali tulisan yang menarik. Akhirnya, saya putuskan untuk memilih melalui fitur artikel terpopuler yang dipilih oleh editor. Fitur yang ditampilkan dalam peringkat tersebut berisi lima tulisan yang menarik. Ada tema psikologi, agama, pendidikan, dll. Nah, ada satu judul yang menarik saya dalam daftar tersebut: ‘Hack your memory, learn faster’. Hack? apakah aktivitas peretasan kini sudah merambah pikiran manusia? Tanya saya dalam hati. Ok, itu pertanyaan bodoh sebenarnya. Setelah beberapa saat mencerna, ternyata maksud dalam judul tersebut sangat jelas: cara meningkatkan kemampuan otak. Wah, pas sekali. Saya sedang kesusahan mengingat kosa kata bahasa Inggris untuk tes IELTS. Hehe.

Sampailah saya pada laman dengan judul tadi. Beberapa tulisan saya baca dan semua berkaitan dengan cara meningkatkan daya ingat. Ada tulisan yang menjelaskan bahwa imajinasi itu lebih penting daripada pengetahuan, tulisan yang menjelaskan tentang metode mengingat yang efektif dan sebaliknya, dan mengingat kata dalam jumlah banyak. Nah, yang terakhir ini menarik karena tipsnya dibagikan oleh seorang pemenang dalam kompetisi menghafal, namanya  Ed Cooke. Dia merasa gelisah sehingga menciptakan sebuah laman situs tempat mengasah otak: Memrise.

Segera saya mendaftar untuk dapat merasakan latihan dalam laman tersebut dan hasilnya luar biasa! Memrise menwarkan banyak materi untuk latihan dengan fitur yang menarik. Saya agak susah menjelaskannya karena banyak sekali yang bisa dipelajari di sini. Untuk lebih jelasnya, langsung kunjungi lamannya. Sangat bermanfaat!

Senin, 26 Januari 2015

Tes IELTS

Mengerjakan tes IELTS


Masih tergambar jelas dalam ingatan saya, waktu itu hari Sabtu 14 Desember 2014 saya memakai kemeja kota-kotak biru, blue jeans, dan sepatu kets. Hari itu merupakan hari yang penting karena kemampuan bahasa Inggris saya akan diuji dalam tes IELTS. Pukul 07.00 saya berangkat ke lokasi tes di Jl. Simanjuntak, Yk, bersama seorang teman yang luar biasa. Mengapa pagi sekali? Panitia tes lah yang meminta kami, peserta tes, untuk hadir jam 07.30.

Pada awalnya, saya pikir tes akan segera dimulai, tapi ternyata baru dimulai pada pukul 09.30. Ada apa gerangan? Ternyata masih ada yang harus dilakukan peserta tes, yaitu pengambilan gambar dan finger-print¬. Oya, pada saat dilakukan kedua hal tadi, peserta akan dikumpulkan di satu tempat dan diberi nomor peserta yang harus dijaga. Lainnya adalah seputar teknis pelaksanaan tes yang membutuhkan perhatian ekstra karena penguji yang membacakan aturan sangat disiplin dalam menyampaikan aturan tersebut.

Tibalah saat mengerjakan. Ruangannya sangat dingin tetapi kualitas sound sangat baik sehingga dapat terdengar dengan jelas. Oya, sesi listening dikerjakan dengan cukup baik dan dengan sedikit gugup. Saran saya, kerjakanlah dengan se¬-rileks mungkin. Reading sesuai dengan yang saya prediksi selama ini, masih susah untuk dikerjakan karena banyak kata-kata yang tidak saya ketahui artinya. Setelah itu, saya melakukan kesalahan kecil yang berdampak besar pada sesi Reading. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa sesi Writing terbagi ke dalam dua tugas, yaitu task 1 dan task 2. Saya lupa bahwa dalam sesi ini tidak ada  pemberitahuan untuk pergantian task, maka terjebaklah saya sehingga hasilnya kurang maksimal. Speaking saya lakukan dengan cukup baik.
Hal yang saya pelajari dari pengerjaan tes ini adalah bahwa persiapan, baik dengan latihan maupun lainnya, sebelum mengerjakan tes ini mutlak diperlukan karena akan memberikan bantuan baik secara kasat mata maupun tidak. Hehe. Serius.

Prameks: Harapan Para Nomad

Prameks berjalan melintasi rel kereta


Agak berlebihan sebenarnya judul di atas itu. Tapi, faktanya, memang kereta lokal Prameks memberikan harapan bagi siapa saja yang mendambakan transportasi yang murah, cepat, dan efisien. Saya masih ingat, ketika itu perjalanan dari Solo ke Jogja atau Kutoarjo-Solo pada tahun 2008-2010 masih menggunakan bis. Lalu datanglah prameks waktu itu dengan harga tiket Rp 5000 untuk Solo-Jogja. Pilihan pun beralih dari bis ke prameks. 

Seiring berjalannya waktu, kereta lokal dengan akses Solo-Jogja atau sebaliknya berkembang menjadi empat kereta, yaitu prameks, sriwedari, sriwedari non AC, dan madiun jaya. Harga tiket untuk masing-masing pun berbeda, untuk prameks 6000, sriwedari 6000, sriwedari AC 10000, dan madiun jaya 20000. Sebagai tambahan, meskpiun rute madiun jaya sebenarnya Madiun-Jogja, tetapi juga melayani penumpang dari Solo-Jogja atau Solo-Madiun. 

Selain harga tiket yang berkembang, armada dan jadwal juga semakin menyesuaikan jumlah penumpang yang dari hari ke hari semakin menjatuhkan pilihannya pada prameks sebagai transportasinya.  

Ada kebijakan baru berkaitan dengan armada prameks setelah Pak Ignasius Jonan tidak lagi menjadi Dirut PT KAI, yaitu armada prameks kini ber-AC. Hal yang membedakan dengan sriwedari AC adalah tiket prameks tanpa tempat duduk. Jadi, harga tiket masih sama dengan tambahan AC. Jadi, berpergian kini lebih nyaman dan murah!

Minggu, 25 Januari 2015

    Menulis CV


Curriculum Vittae atau biasa dikenal dengan CV merupakan salah satu dokumen penting yang tidak boleh disepelekan dalam mengajukan beasiswa atau mendaftar program S2 maupun S3. Bahkan, pembuatan CV, sejak beberapa tahun lamanya, menjadi tren dalam menentukan kelulusan seorang pelamar beasiswa atau S2. Dengan demikian, mau tidak mau seseorang harus membuat CV yang ideal agar tujuannya tercapai. Berikut adalah beberapa tips dalam membuat CV.

1. Tentukan Tujuan Pembuatan
Biasanya, pembuatan CV tergantung dengan tujuannya. Artinya, CV beasiswa akan berbeda dengan pengajuan S2, meskipun perbedaannya tidak terlalu jauh. Lainnya, CV untuk melamar pekerjaan juga berbeda dengan pelamar beasiswa. Intinya, sesuaikan CV dengan tujuan.

2. Penyesuaian Poin-Poin
Selain menujukkan riwayat hidup dan pendidikan, CV juga berfungsi sebagai “alat penjualan” si pembuat. Maksudnya, seorang pelamar haruslah menujukkan kelebihannya yang diperlukan dalam beasiswa tersebut. Begitupula dengan pelamar program S2 yang harus menunjukkan hasil kerjanya. Intinya, sesuai dengan tempatnya. Maka dari itu, poin-poin yang ditunjukkan dalam CV alangkah lebih baiknya jika benar-benar menujukkan diri kita. Biasanya, seseorang akan terjebak pada narsisme dalam membuat CV sehingga hasilnya tidak akan terlihat jujur. Oleh karenanya, data yang tertulis dalam CV haruslah jujur, dengan artian yaitu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Siapkan Bukti untuk Jaga-Jaga
Dalam proses seleksi seringkali terjadi hal yang tidak terduga. Informasi yang diberikan dalam CV biasanya akan dimintai buktinya. Maka, tidak ada salahnya untuk jaga-jaga sehingga pelamar beasiswa dan S2 benar-benar mendapatkan kepecayaan dari kejujuran tersebut. Meskipun seringkali bukti tersebut tidak ditanyakan, tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkannya. Seperti yang telah disebutkan di atas sebelumnya bahwa seringkali terjadi hal yang tidak terduga.

4. Padatkan Informasi
Seseorang dengan segundang pengalaman tentunya ingin mencantumkan semua pengalamannya tersebut ke dalam CV agar dapat menambah daya tarik. Bagaimanapun, menulis CV bukan seperti menulis esai yang membutuhkan detail mendalam karena yang diharapkan dari CV adalah informasi yang penting, tapi padat. Tidak perlu panjang-lebar dalam memeberikan informasi mengenai pencapaian, contohnya. 

Baiklah, sementara ini beberapa tips di ataslah yang baru terpikirkan. Hehe. Sukses!

Jumat, 23 Januari 2015

Hidup berdampingan dengan damai itu indah



Multikulturalisme dalam kerangka terminology pertama kali muncul di Amerika Serikat pada tahun 1970-an, ketika budaya atau kultur penduduk Amerika Serikat menjadi semakin majemuk dan masing-masing berusaha membentuk eksistensi yang mengkhawatirkan. Kekhawatiran akan terjadinya perpecahan sebagai akibat dari eksistensi tersebut mendorong kemunculan istilah multikulturalisme sebagai sebuah solusi untuk menghindari perpecahan tanpa menghilangkan identitas masing-masing kultur. 

Sebenarnya, para ahli belum menemukan definisi pasti dari istilah ini. Multikulturalisme masih dipandang sebagai suatu istilah yang kabur dan perlu penafsiran. Berawal dari isu mulikultural yang semakin mengkristal menjadi multikulturalisme tidak membuat istilah ini semakin mudah dipahami. Tambahan “isme” pada kata tersebut menunjukkan adanya pemahaman baru yang muncul tentang kemajemukan cultural. Lebih jauh lagi, istilah tersebut tidak lantas memudahkan orang untuk memahaminya. Penyebabnya adalah adanya makna yang kompleks dari istilah tersebut. Seorang professor dari  Universitas Virginia, Bethany Bryson pun mencoba menelusuri makna tersebut. Ia mewawancarai beberapa orang professor untuk menerjemahkan makna multikulturalisme. Sesuai pemahaman masing-masing, tentunya. Riset tersebut berakhir pada kesimpulan bahwa multikulturalisme memang masih kabur dan perlu diperjuangkan (menurut istilah Bryson).

Ada dua hal yang menjadi titik berat dalam memahami multikulturalisme (Bryson, 2006). Multikulturalisme sering dipersepsikan sebagai politik pengajaran dan nilai keagamaan pada tatanan masyarakat. Dua istilah tersebut terkait satu sama lain. Politik pengajaran menyangkut strategi untuk mengajarkan nilai-nilai multikulturalisme dan berperan penting terhadap penyebaran paham ini. Sedangkan, nilai keagamaan berperan dalam menentukan arah politik pengajaran. Agama berpengaruh terhadap strategi pengajaran nilai mutlikuturalisme. Penggunaan strategi pengajaran yang tidak tepat dapat membuat multikulturalisme tidak diterima sebagaimana semestinya, bahkan menjadi salah paham. Oleh karenanya, strategi yang tepat memudahkan isu multikulturalisme diterima oleh nilai keagamaan.

Agama masih menjadi salah satu perhatian yang seringkali menjadi latar dari berbagai kasus di dunia. Namun sayangnya, kasus tersebut seringkali terjadi karena perbedaan pemahaman yang memecah persatuan. Adanya perbedaan pemahaman tersebut tidak dimaknai sebagai sesuatu yang dapat menyatukan, sehingga yang terjadi justru perpecahan. Sebagai agama yang rahmatan lil-‘alamin, sudah seharusnya Islam menjadi motor penggerak persatuan, bahkan menjadi model yang ideal bagi siapa saja yang mendambakannya. Bukanlah Islam yang menyebabkan perpecahan itu, namun umatnyalah yang belum bisa memahami perbedaan itu.

Perbedaan pemahaman dalam Islam seringkali menyebabkan umatnya terpecah. Pemahaman yang berbeda terhadap suatu masalah harusnya menjadi salah satu alat pemersatu di dalam agama Islam sendiri. Gagasan untuk menjadikan perbedaan pemehaman dalam Islam sebagai sebuah model bagi agama lain tentunya sudah ada sejak dulu. Secara historis, perbedaan pemahaman dalam agama Islam sudah terjadi beberapa ribu tahun yang lalu, tepat sepeninggalan Rasulullah SAW. 

Kasus yang dianggap sebagai perbedaan pendapat dalam sejarah umat Islam adalah tentang pemilihan khalifah pertama yang berfungsi sebagai tonggak penyebara Islam setelah wafatnya Rasullullah SAW. Ketika itu ada tiga pendapat yang bertentangan. Kubu pertama menganggap bahwa Abu Bakar As-Siddiq lah yang layak menggantikan Rasulullah SAW. Kebanyakan yang mendukung pendapat ini adalah orang-orang yang hijrah. Sedangkan yang kedua berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib lebih pantas karena beliau berasal dari keluarga Rasulullah SAW dan merupakan orang yang beriman pertama kali dari golongan anak-anak pada waktu itu. Pendapat ini banyak didukung oleh orang-orang yang pada beberapa tahun berikutnya menyebut diri mereka sebagai Syiah. Kemudian golongan ketiga adalah orang-orang yang mendukung Sa’ad bin Abi Waqqash. Pendukung Sa’ad menganggap beliau yang lebih tepat menggantikan Rasulullah dalam memimpin umat karena beliau adalah salah satu sahabat nabi yang terdekat. Kebanyakan dari pendukung beliau adalah kaum anshar.

Setelah perbedaan pemahaman, dalam hal ini penggantian pemimpin umat Islam, banyak terjadi perbedaan pemahaman yang lain. Penyebabnya jelas, tak lain karena Rasulullah sudah wafat ketika itu. Sebelum Beliau wafat, bila ada saling silang pendapat di kalangan orang muslim, maka Beliaulah yang menjadi penengahnya. Ketika sebuah perkara sudah diputuskan, masing-masing pihak yang berselisih dapat menerimanya dengan lapang dada. Lebih dalam lagi, perbedaan pemahaman mulai menyentuh aspek-aspek pokok pada masalah fiqh. Adanya empat mazhab besar dalam Islam menunjukkan bukti adanya perbedaan pemahaman dalam menafsirkan hadis atau ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan hal ihwal masalah di atas.

Perbedaan pemahaman yang lebih ekstrem bisa dilihat dari kasus penafsiran yang pernah terjadi pada masa kekhalifahan. Ketika itu, paham mu’tazilah memberikan pengaruh yang besar dalam pemerintahan. Dalam masa itu pula Imam Ahmad bin Hanbal hidup. Adanya fatwa dari paham mu’tazilah yang menganggap al-Qur’an itu makhluk ditentang oleh Imam Hambali karena beliau berpendapat bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, bukan makhluk-Nya. Para pembesar kerajaan yang pada waktu itu berpaham mu’tazilah kemudian mempengaruhi khalifah untuk memenjarakan Imam Hambal, seorang Imam madzhab yang mempunyai cukup banyak pengikut. Kasus di atas menunjukkan belum adanya kompromi antara perbedaan pemahaman. Jika masing-masing pihak menyadari bahwa perbedaan pendapat itu timbul karena adanya perbedaan pada masing-masing individu dan menyadari bahwa perbedaan itu adalah sebuah keniscayaan, maka tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan

Indonesian children in smile


Indonesia is a country that has a lot of uniqueness. In addition, Indonesia is the largest archipelago country, Indonesia also has a special characteristic of the man: hospitality. The hospitality of Indonesia is unique because of Indonesia with a very wide area turned out to have the same person's character.

Uniqueness can be considered as an opportunity or potential, or rather, potential childbirth opportunity. Potential to introduce Indonesia to the world so that all people in the world are interested to know more about Indonesia. Then, from this potential, come opportunities in a variety of ways. Culture, education, natural resources, human resources, and so on.

Universitas Gadjah Mada as a gathering place for students from all over Indonesia carries great potential for the understanding of education and culture for the world community. Potential to build understanding between the nations should put to good use by all relevant parties so as to create a universal understanding.

Realization of Indonesia as a friendly state is an unconcious attempt made Indonesian, but to keep it takes more than awareness so that Indonesia's unique identity can always be preserved.























Kamis, 22 Januari 2015

The map of Middle East
Source


Indonesia is a country that actively involve in various peace processes around the world as the commitments of its foreign policy which are independent and active and also commitments to the 1945 Constitution to remove any occupation and colonialism over the world and participate in the establishment of the peace of the world. One area of Indonesia’s major conflict concern is Palestine which is still fighting for the independence of its homeland over the ongoing Israeli occupation since 1948.

Indonesia's preoccupation with the Palestinians is not only be the work of government. That role even touch the grass roots of society who often give their hands, both material and non-material, to the Palestinian people. This proves that the people of Indonesia have participated in carrying out the mandate of the 1945 Constitution and to support Indonesia in the Palestinian-Israeli peace process.

Achievement of peace between the two sides involved in the conflict can be realized in various ways; political and non-political. Political way can be reached by developing policies of both countries, diplomacy, and so on. Meanwhile, a non-political, academic fields, for example, can be reached by examining the conflict from a variety of mediums, literature as one of the example, with the hope of generating a thorough understanding of the conflict as a consequence of the assessment done in the several viewpoints.

Literature offers the other side of the conflict that often escape the attention of the general public and policy holders. For example, through the analysis of the poem “Jundiyyun Yahlumu Biz-Zanabiqil-Baida” from the anthology Akhiru al-Lail by Mahmud Darwisy can be concluded that the an Israeli army aspires of peace for Palestine and Israel (Vebriyantie, 2012). Other studies of the poem “Risalatun min al-Manfa” in the anthology Auraqu az-Zaituni by the same poet lead to the conclusion that the life of Palestinians in exile as a dead person who do not have a price at all (Aaisyah, 2014). Thus, the literature also took part in the establishment of world order.

After the completion of the study, the knowledge gained is expected to be applied in and contributed to Indonesia. The expectations from the studies that hopefully can be applied in Indonesia are projected as follows.
1. Generating advantage of the social and political phenomenon in the Middle East through the analysis of literary works to be applied in Indonesia
2. Taking part in the peace process in the Middle East, particularly in the Palestinian-Israeli
3. Acquiring a real understanding of the roots of the Israeli-Palestinian conflict so that it can be wise to react
4. Being a centre of reference in the knowledge of the Middle East with the interdisciplinary field
5. Enriching treasures of science



List of References

Aaisyah. 2014. The Meaning of Poetry  “Risalatun min al-Manfa” in the Anthology Auraqu az-Zaituni by Mahmud Darwisy:Semiotic Analysis. Thesis.

Vebriyantie, Putri. 2012. The Meaning of Poetry “Jundiyyun Yahlumu bi az-Zanabiqi al-Baida`a”in the Anthology Akhiru al-Lail by Mahmud Darwisy: Semiotic Analysis. Thesis.



















Students walking in the crowd


“Universities should accept equal number of male and female students in every subject. To what extent do you agree or disagree?”

The number of accepted students in a university is sometimes unequal between male and female. This matter  somehow cause a debatable point whether the acceptance of male and female students should be equal or not in every subject. Therefore, offcourse, will be pros and cons on this issue.

Those who agree with the equality might underlie their argument on the right to freely choose the subjects based on the student’s interest. In this case, the restriction on the student acceptence might be seen as a right violence and a force since every student, male or female, has his/ her right to choose any field of study. 

Others argue in considerations that not every subject suit and match male or female. Nursery field, for the example, might only qualify female and so with subject of civil engineering which probably require male ability that happen only to the male student. Those who stand for this side see that male and female has a special character which automatically impacts to the choice of qualified field of their study. Thus, any restriction to the male and female become more important.

These contradictive views have its consideration. Each has its own considerable argument. Nevertheless, the decision to give young student right to choose their interest would be a wise way so that they can concentrate to their study without any hesitation.



Rabu, 21 Januari 2015

Attractive choices: college, work, or travel?


“In some countries, young people are encouraged to work or travel for a year between finishing high school and starting university studies. Discuss the advantages and disadvantages for young people who decide to do this.”

Some countries encourage their adults to get work or go travelling to fill their a-year-break-time after graduating from the high school and before ennrolling to the University. This policy-like, however, implicates the advantages and disanvantages for those young people.

University is oftenly considered as a mature and adult world. This common perception, then, is consequently followed by some belief that to face a university need an adaption thus young people do not get shocked as they enter the univeristy world. Then, based on this point of view, the encouragement to work or travel is originated and applied to the young people. It is invitable to not say that this policy-like is unseful since the facts tell the facts for those who need  any preparation, such as gathering money, looking for an experiment, and any other. Meanwhile, young people who prefer to travel might experience a different side of experience. Those who prefer to travel might underlie their consideration on the need to widen their view of the world in order to build a universal understanding or simply visiting a new place. These examples are obvious as the advantages.

On the other hand, a choice to enroll immediately to the university can not always be considered as a unreasonable choice since an attempt to acquire a higher level of education will always be an emphasis. Young people who decide to immadietly go to the university might think that it is better to get to study as soon as possible hence they can continue to the higher level of study.

Overall, the advantages and disadvantages young people generate depend on the purpose of those young people. Any activities taken might be a disadvantage activity if they do not utilize it in a appropriate way. Meanwhile, the advantages might be generated if those young people do otherwise.


Hari-H Pelaksanaan Tes IELTS


Fokus mengerjakan tes IELTS


Saya belajar satu hal penting dari tes IELTS: sebanyak apapun kamu berlatih, sepintar apapun kamu dalam bahasa Inggris, semuanya akan menghilang jika kamu nervous. Ya, gugup adalah salah satu faktor yang memberikan andil bagi ketidakfokusan dalam pengerjaan tes. Tulisan ini tidak bertujuan untuk mencari kambing hitam, tetapi untuk mencari tahu cara menghilangkan gugup tersebut.

Setelah mengerjakan seluruh tes dalam IELTS, saya mencoba menerka-nerka sebab kegugupan yang muncul waktu itu. Sejauh ini, saya mendapati bahwa gugup tersebut muncul karena saya tidak banyak berlatih sehingga, pada saat pelaksanaan tes, saya tidak cukup percaya diri dan berujung pada gugup tadi. Ya, sejatinya rasa gugup tersebut disebabkan karena diri kita tidak percaya diri. Oleh karenanya, kita perlu mencari cara agar, paling tidak, kegugupan tersebut bisa berkurang, lebih-lebih tidak gugup sama sekali. Salah satu cara yang paling masuk akal, menurut saya, adalah dengan banyak berlatih.

Oya, hal-hal yang perlu dipersiapkan pada hari-H pengerjaan tes adalah Identitas yang kita gunakan saat mendaftar tes (paspor atau KTP) dan, untuk jaga-jaga, bukti pembayaran pendaftaran. Biasanya, peserta akan diminta datang satu jam sebelum pelaksaan tes (jam 07.30 atau 08.00) karena, sebelum tes benar-benar dimulai, akan diadakan pendaftaran ulang peserta yang meliputi finger-print dan pengambilan foto. Setelah kedua hal tersebut selesai dilakukan bagi seluruh peserta, tes siap dilaksanakan..

Pendaftaran Tes IELTS

Mendaftar tes IELTS

Sebelumnya, saya telah menjelaskan dengan singkat tentang IELTS. Sekarang, saya akan menjelaskan tentang pendaftaran tes IELTS, sejauh yang saya ketahui. Kita dapat memilih satu di antara dua cara untuk mendaftar tes ini, yaitu pendaftaran secara online dan on-the-spot dengan cara mendatangi langsung pusat tes resmi yang ditunjuk oleh penyelenggara IELTS (ESOL Cambridge, IDP, dan British Council).

Sebelum mendaftar, alangkah lebih baiknya kita menentukan jadwal pelaksanaan sehingga kita bisa mengetahui sejauh mana kita harus mempersiapkan diri kita sebelum pelaksanaan tes pada hari-H. Setelah menentukan waktu pendaftaran, saatnya melakukan pendaftaran. Jika memilih mendaftaran secara online, maka hal yang perlu dilakukan adalah mengunjungi salah satu laman penyelenggara. Laman tersebut akan mengarahkan langkah-langkah yang harus kita ambil, dari mengisi formulir sampai melakukan pembayaran.

Adapun pendaftaran secara on-the-spot dilakukan dengan cara mendatangi pusat tes resmi yang dapat dilihat melalui laman penyelenggara. Hal yang perlu dibawa ketika mendaftar adalah kartu identitas dan uang yang sesuai. Biaya pendaftaran sudah tertera dalam laman penyelenggara.

Penting untuk diingat bahwa mengambil tes IELTS bukanlah hal yang main-main, mengingat biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti tes ini cukup besar, sehingga, sebelum memutuskan untuk mengambil tes, lebih baik dipertimbangkan dengan baik terlebih dahulu, terutama dari segi kesiapan.

Sebagai rujukan, berikut saya sertakan laman terkait pendaftaran IELTS.



Sekilas tentang IELTS

International English Language Testing System

Bagi teman-teman pemburu beasiswa atau yang tertarik dengan bahasa asing, pasti tidak asing lagi dengan IELTS ini. Sistem tes bahasa Inggris yang diselenggarakan dari kerjasama ESOL Cambridge, IDP, dan British Council tersebut memang memiliki keunikan tersendiri dilihat dari format tesnya dan skornya. Kita, termasuk saya, yang berada di Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan TOEFL dan mungkin mengira bahwa satu-satunya skema penilaian kemampuan bahasa Inggris hanya diukur melalui TOEFL ini.

Bagian tes dalam IELTS ini sama dengan TOEFL IBT yang memiliki empat bagian, yaitu Listening, Reading, Writing, dan Speaking. Meskipun demikian, IELTS memiliki format dan sistem penilaian yang berbeda. Listening dalam IELTS banyak menggunakan British English sehingga terkadang bagi yang belum terbiasa akan sulit untuk menangkap maksud, bahkan kata-kata, dari sebuah pembicaraan atau pembacaan tes. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam bagian ini adalah pernyataan yang menjebak. Jawaban dari pertanyaan yang dicari kadang muncul dalam bentuk yang tersirat. Oleh karenanya, alangkah lebih baiknya jika kita benar-benar pasang telinga. Jebakan tersebut dapat dihindari dengan, salah satunya, berlatih soal-soal IELTS secara intensif.

Bagian kedua dari tes ini adalah Reading. Pada bagian ini, jawaban akan sangat mudah ditemukan dalam teks jika kita benar-benar memahami pertanyaannya. Dalam bagian ini pun penuh dengan jebakan. Seringkali, kita tidak akan menemukan kata kunci dalam kata yang sama dalam pertanyaan. Kata kunci tersebut biasanya muncul dalam bentuk yang lain dengan arti yang sama (sinonim) sehingga penguasaan persamaan kata dapat berguna pada bagian ini.

Bagian selanjutnya adalah Writing. Dalam bagian ini terdapat dua tugas, yaitu Writng Task 1 dan Writing Task 2.  Hal yang perlu diperhatikan dalam mengerjakan tulisan pada bagian ini adalah jumlah kata pada masing-masing tugas. Pada tulisan pertama, jumlah kata minimal yang diharuskan adalah 150, sedangkan dalam tulisan kedua, jumlah kata minimalnya adalah 250. Jika kata yang ditulis di bawah kedua jumlah tersebut, maka kita akan kehilangan skor. Jumah skor pada bagian ini lebih banyak dalam Writing Task 2, sesuai dengan jumlah katanya. Banyak berlatih menulis esai sangat membantu dalam pengerjaan pada Writing ini dan menghafal kosa-kata “ilmiah” juga sangat membantu.

Bagian terakhir dari IELTS ini adalah Speaking. Seperti terjemahannya, pada bagian ini kita akan diminta berbicara. Pada Speaking ini, tes dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian saat kita menceritakan tentang hal umum, menceritakan tentang diri kita, dan menceritakan tentang hal yang abstrak, biasanya tentang pendapat kita tentang suatu hal. Salah satu latihan yang dapat dilakukan adalah dengan berbicara di depan cermin atau mencari partner percakapan di dunia maya.

Selasa, 20 Januari 2015


                              Presidential Scholarship, salah satu beasiswa yang ditawarkan LPDP



LPDP adalah sebuah lembaga yang mengelola dana pendidikan di bawah Departemen Keuangan. Salah satu hasil pengelolaan tersebut adalah pemberian beasiswa Master dan Doktoral baik di dalam maupun di luar negeri dan sampai tulisan ini dibuat, LPDP masih menjadi “harapan” bagi para mahasiswa yang berniat melanjutkan sekolah. Meskipun demikian, hanya mahasiswa yang benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan dan bertekad kuatlah yang pada akhirnya menerima beasiswa tersebut karena beasiswa LPDP memang diperuntukkan bagi anak bangsa yang bertekad membangun Indonesia.

Seperti halnya beasiswa pada umumnya, salah satu tahap seleksi dalam pemilihan kandidat penerima beasiswa ini adalah seleksi administrasi. Meskipun terlihat sepele, mempersiapkan dokumen membutuhkan ketelitian. Hasil print-out yang salah, tanggal surat pernyataan salah, dan sebagainya, adalah beberapa hal teknis dalam mempersiapkan dokumen yang seringkali terjadi. Oleh karenanya, sangat dianjurkan untuk teliti dalam mempersiapkan dokumen.

Sebagai gambaran saja, dokumen yang perlu dipersiapkan untuk mengajukan beasiswa ini adalah: ijazah, transkrip nilai, surat rekomendasi, rencana studi, surat penyataan, sertifikat kemampuan bahasa (Inggris), KTP, dan LoA (jika ada). Selain dokumen tersebut, pelamar beasiswa juga harus menulis esai sepanjang 500-700 kata dengan tema “Peranku bagi Indonesia” dan “Kesuksesan Terbesar dalam Hidupku”. Masing-masing dokumen tersebut memerlukan perhatian khusus dalam persiapannya sehingga potensi kesalahan akan terminimalisir dengan sendirinya dan semuanya diunggah dalam format PDF, kecuali esai. Sebagai masukan, akan dipaparkan masukan terkait persiapan dokumen sebagai berikut.

1. Ijazah
Biasanya, setelah wisuda, euforia menerima ijazah akan berlangsung lama dan membuat lupa untuk segera mengejar target selanjutnya. Hal tersebut perlu diwaspadai mengingat pendaftaran beasiswa ini yang dibuka sepanjang tahun dan penting untuk selalu memperbarui info tentang beasiswa ini. PDF-kan ijazah dan alih bahasa-kan, paling tidak ke dalam bahasa Inggris (bagi pelamar ke luar negeri).

2. Transkrip Nilai
IPK minimal yang dipersyaratkan oleh LPDP adalah 3,00, jadi, lebih baik, IPK mulai segera dikondisikan, lebih baik lagi jika dipersiapkan sedini mungkin.

3. Surat Rekomendasi
Pada kasus mahasiswa, meminta rekomendasi dosen adalah hal yang tidak selamanya mudah. Memang, ada beberapa dosen yang sangat mempertimbangkan dalam memberikan tanda tangan. Dalam hal ini, alangkah lebih baiknya saat meminta rekomendasi juga menyertakam CV, transkrip nilai, dan sertifikat kemampuan bahasa Inggris agar dosen yang mungkin tidak terlalu mengenali diri kita memberikan kepercaannya melalui tanda tangan yang dibubuhkan di atas surat rekomendasi.

4. Rencana Studi
Persyaratan untuk menulis rencana studi ini dapat ditafsirkan untuk melihat kesungguhan pelamar. Kesungguhan tersebut dapat terlihat dari kejelasan rencana studi, program yang diambil, biaya yang dibutuhkan, proyeksi setelah studi dan sebagainya. Dengan demikian, rencana studi lebih baik ditulis semendetil.

5. Surat Pernyataan
Tidak ada masalah dengan menulis surat ini.

6. Sertifikat Kemampuan Bahasa (Inggris)
Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa membawa serta sertifikat kemampuan bahasa (Inggris) pada saat meminta rekomendasi sangat disarankan agar dosen yakin untuk memberikan tanda tangannya.

7. KTP
KTP adalah salah satu dokumen yang paling sering digunakan. Oleh karenanya, sebagai bentuk antisipasi jika KTP hilang, segera pindai (scan) KTP dan disimpan dalam format PDF.

8. LoA (jika ada)
Letter of Acceptance adalah surat keterangan penerimaan di suatu Universitas. Bagi yang belum memiliki surat tersebut dan menjadi penerima beasiswa LPDP tidak perlu khawatir karena LPDP akan memberikan waktu setahun untuk mendapatkan LoA tersebut.

Demikianlah tulisan ini dibuat. Semoga mencerahkan. Sukses!


Esai LPDP(2)

SUKSES TERBESAR DALAM HIDUPKU
ESAI

Setiap orang dapat merasakan kesuksesan
Sumber

Setiap orang memiliki ukuran kesuksesan yang berbeda-beda. Seorang dokter boleh jadi akan merasa sukses jika ia berhasil menyembuhkan pasiennya, seorang insinyur merasa sukses jika ia berhasil membangun fasilitas publik, dan sebagainya. Pada saat yang sama, boleh jadi ada seorang dokter yang merasa sukses jika ia berhasil memunculkan senyuman dari seorang pasien yang sedang putus asa, baik karena keadaannya maupun kemampuan materinya. Adapula, boleh jadi, seorang insinyur yang merasa sukses karena berhasil memberikan rasa nyaman kepada masyarakat sebagai buah atas pekerjaannya. Demikianlah, kesuksesan yang pertama diukur dari segi fisik dan yang kedua dari segi nilai. Meskipun demikian, ada satu persamaan di antara keduanya, yaitu adanya manfaat yang dirasakan oleh orang lain.

Penjelasan tentang ukuran kesuksesan yang berbeda-beda telah dijelaskan diatas, tetapi belum menjawab pertanyaan tentang kesuksesan terbesar bagi diri saya. Sebagaimana halnya ukuran kesuksesan yang berbeda-beda tersebut, ukuran terbesar dalam kesuksesan itu, menurut saya, juga berbeda-beda. Boleh jadi seseorang akan merasa sangat sukses jika ia berhasil membawa banyak orang dari kemiskinan, misalnya dengan memberikan santunan, mendirikan hunian gratis, dan sebagainya. Dalam kasus ini, dapat dipahami bahwa orang tersebut mendasarkan ukuran kesuksesan terbesarnya pada segi keluasan manfaat. Pada saat yang sama, boleh jadi ada orang lain, dengan pekerjaan yang sama, akan merasa sangat sukses jika ia berhasil memberikan pendidikan kepada sebuah keluarga dengan tujuan membuat keluarga tersebut mandiri. Dalam hal ini, orang tersebut melihat kesuksesan terbesarnya dari segi keberlanjutan manfaat. Dengan demikian, tidak ada ukuran kesuksesan yang lebih kecil antara satu dengan yang lainnya.

Berbagai contoh yang telah dipaparkan adalah sebuah upaya untuk menunjukkan bahwa kesuksesan itu, menurut saya, harus bersanding dengan manfaat yang dapat dirasakan oleh orang lain. Selain itu, pencapaian tersebut juga mesti melalui proses yang baik dan benar. Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang belajar dengan sungguh-sunguh dan mendapatkan IPK di atas standar merupakan sebuah pencapaian yang membanggakan, tetapi, jika dalam pencapaian tersebut tidak memberikan manfaat kepada orang lain, maka, menurut saya, pencapaian tersebut belum dapat dikatakan sebagai sebuah kesuksesan, terlebih lagi jika dalam ujian mahasiswa tersebut menyontek atau dengan kata lain, tidak melalui proses yang baik dan benar. 

Bagaimanapun, ada sebuah hadis (perkataan, perbuatan, dan sikap) Nabi Muhammad SAW yang secara tepat baik untuk dirujuk sebagai kriteria kesuksesan terbesar, yaitu “Khairun an-na<si anfa‘uhum li an-na<si” yang berarti ‘Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia’. Dalam hadis tersebut terdapat satu catatan yang perlu diperhatikan, yaitu ‘yang paling bermanfaat’, bukan yang paling bagus IPK-nya, yang paling banyak memberikan santunan, yang paling banyak mengikuti organisasi, dan sebagainya. Semua hal tersebut tidak ada gunanya jika tidak bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, tingkatan superlatif dari manfaat tersebut dapat dikatakan tepat untuk menjadi tolok ukur kesuksesan terbesar. 

Tidak adil rasanya jika kesuksesan terbesar itu diukur dari banyaknya orang yang merasakan manfaat, karena tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama. Seorang petani yang bekerja di sawah tentu berbeda dengan seorang dokter yang bekerja di rumah sakit. Baik kemampuan maupun kondisinya berbeda jauh, tetapi keduanya selalu mempunyai tekad untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Si petani bekerja keras di sawah dengan tekad untuk memajukan pertanian Indonesia dan si dokter berusaha keras untuk menyembuhkan pasiennya dari penyakit. Dari hal tersebut, dapat dipahami bahwa selama hal yang dilakukan seseorang itu bermanfaat bagi orang lain, maka, sebenarnya, ia telah mencapai kesuksesan, bahkan mungkin kesuksesan terbesarnya. 
  


Esai LPDP (1)

PERANKU BAGI INDONESIA
ESAI


Bagimu, Indonesiaku


Setiap orang berperan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya masing-masing: Seorang insinyur dapat berperan dalam pembangunan, seorang dokter dapat berperan dalam membentuk masyarakat yang sadar akan kesehatan, seorang ulama dapat berperan dalam mengajak masyarakat pada kebaikan, dan sebagainya. Oleh karenanya, seorang pasien lebih baik tidak diobati oleh petani dan masalah listrik tidak diserahkan kepada seorang dokter, begitu pula sebaliknya. 

Indonesia adalah negara yang besar; sumber daya alam, sumber daya manusia, dan wilayahnya. Adanya hal tersebut, secara otomatis, berimplikasi pada kebutuhan untuk mengelola dan memanfaatkan ketiga hal tersebut untuk menjadikan Indonesia negara yang makmur dan sejahtera. Meskipun demikian, tidak selamanya potensi tersebut serta merta menjadikan Indonesia negara yang makmur dan sejahtera. Sumber daya alam melimpah yang tidak diiringi dengan ketersediaan ahli yang memadai dalam bidangnya masing-masing, potensi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang demikian besar belum dimanfaatkan secara optimal, dan sebagainya, merupakan beberapa hal yang sampai saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia. 

Berbagai masalah tersebut dapat diselesaikan jika masing-masing diri kita, termasuk saya sendiri, menyadari bahwa kita dapat ikut berperan untuk menjadikan Indonesia makmur dan sejahtera, sekecil apapun peran tersebut. Saya akui, sulit untuk menerapkan ilmu yang saya peroleh dalam perkuliahan yang hasilnya bisa dapat dirasakan secara langsung bagi kemaslahatan bangsa Indonesia dan dapat dilihat secara kasat mata. Bidang ilmu humaniora yang abstrak, seperti sastra yang saya tekuni, mungkin manfaatnya tidak terlihat secara fisik, tetapi saya yakin, setiap ilmu pasti bermanfaat dan dari situlah saya yakin dapat berperan bagi Indonesia. 

Hal ini membuktikan bahwa mengambil peran bagi Indonesia adalah soal pilihan. Seorang petani, jika ia bersungguh-sungguh, akan mencari cara agar ia dapat berperan bagi kemajuan pertanian Indonesia, seorang yang menekuni sastra akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat memberikan kontribusi bagi kemakmuran Indonesia dengan cara apapun.  Atas keyakinan tersebutlah, saya berani untuk ikut serta mengambil peran bagi Indonesia.

Keyakinan bahwa semua ilmu pasti bermanfaat, sebenarnya, sudah cukup untuk meyakinkan saya dalam memutuskan untuk ikut berperan bagi Indonesia. Meskipun demikian, penjelasan secara konkret tentang manfaat tersebut lebih baik tetap diberikan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas bahwa sastra, bidang yang saya tekuni, sebenarnya, juga dapat memberikan peran bagi Indonesia. Penjelasan tersebut, pada sisi lain, juga mencegah adanya kesalahpahaman yang mungkin terjadi akibat pemahaman yang belum memadai tentang peran sastra bagi Indonesia.

Seorang sastrawan dapat menawarkan perubahan yang ia sampaikan dalam bentuk gagasan yang tersirat dalam sebuah narasi cerpen dan novel atau bait puisi. Sebagai contoh, dalam masa resistensi terhadap zionis Israel, rakyat Palestina seringkali menyuarakan yel-yel “Sajjil Ana al-Arab!” yang berarti “Catatlah, Aku orang Arab!”. Pada mulanya, yel tersebut merupakan sebuah puisi yang diciptakan oleh Mah}mu<d Darwi<sy, seorang penyair Palestina, sebagai salah satu bentuk perlawanan terhadap penjajahan yang dilakukan oleh zionis Israel atas tanah Palestina. Hal tersebut cukup menjadi bukti bahwa kekuatan kata-kata yang ada dalam sebuah karya sastra –dalam kasus di atas, puisi- dapat mempengaruhi dan menggerakkan massa secara masif serta berpotensi memberikan perubahan atas keadaan yang sedang dialami.

Mengambil peran bagi Indonesia, selain soal pilihan, sebenarnya, juga merupakan kewajiban seorang warga negara sebagai anak terhadap Indonesia sebagai Ibu pertiwi. Oleh karenanya, kewajiban terhadap Ibunya tersebut telah melekat dalam diri si anak sejak ia dilahirkan ke dunia ini. Seorang Ibu senantiasa merawat kita dari kecil hingga dewasa, Indonesia juga telah dan sedang melakukan hal yang seharusnya dilakukan: memberikan perlindungan, mengayomi, mendengar keluh-kesah, dan sebagainya. Meskipun demikian, alangkah lebih baiknya jika kita menyandarkan kesadaran untuk berperan bagi Indonesia bukan dikarenakan hal yang telah dilakukan Indonesia bagi kita, tetapi atas sebab bahwa sudah semestinya kita berperan bagi Indonesia, tanpa harus mencari sebuah alasan. Begitu pula dengan “anak-anak” Ibu pertiwi lainnya. Dengan demikian, kesadaran rakyat Indonesia untuk sudah semestinya berperan bagi Indonesia akan terbentuk dengan mudah tanpa terus bertanya, “apa yang telah Indonesia lakukan untukku?”, tetapi, “apa yang telah kuberikan bagi Indonesia?”.