Sabtu, 28 Februari 2015

Bahasa "Walikan" Malang





"Wis ladub a kerr?"
"Oskabe kane ilakes!"

Pertama kali membaca kalimat di atas, sudah hampir bisa dipastikan-bagi yang belum familiar-akan bertanya-tanya tentang bahasa apa yang dipakai dan artinya. Akan tetapi, bagi yang sudah familiar, akan langsung mengetahui bahwa kalimat tersebut, sebenarnya, berbunyi, "Wis budal  a ho?  dan Bakso e enak sekali!". Benar sekali! kalimat di atas ditulis dalam osob kiwalan Ngalam (boso walikan Malang), bahasa khas Malang.

Sejauh penelusuran yang dilakukan, osob Ngalam ini merupakan satu-satunya bahasa khas daerah yang membalik kata-katanya dengan aturan yang cukup mudah untuk dipelajari dan fleksibel. Akan tetapi, kata-kata dalam osob ini tidak selalu dibalik. Lebih jauh lagi, tidak setiap kata dalam sebuah kalimat harus dibalik. Sebagai contoh adalah kalimat pada awal tulisan ini, yaitu Wis ladub a ho? 'Wis budal a (semacam tho, ta)  ho (semacam 'rek)?'. Dalam kalimat tanya tersebut terdapat tiga kata, yaitu wis, ladub, a, dan ho. Jika mengikuti aturan osob Ngalam yang kata-katanya sebagian besar dibalik, maka seharusnya kata wis menjadi siw, tetapi tidak demikian adanya. Sebuah kata yang di-osob-ngalam-kan juga memperhatikan aspek estetika sehingga kata wis tidak berubah. Selain itu, faktor kemudahan dalam pengucapan juga mempengaruhi pembentukan kosa kata dalam osob Ngalam. Untuk menunjukkan variasi pembentukan kosa kata osob Ngalam, bisa lihat daftar kosa kata berikut yang diambil dari wikipedia:

·         Ngalam                        = Malang
·         Arudam/Arodam         = Madura
·         Ayabarus/Oyoborus    = Surabaya
·         Ngarames                    = Semarang
·         Naurusap                     = Pasuruan
·         Ngundab                     = Bandung
·         Atrakaj                         = Jakarta
·         Onosogrem                  = Mergosono, nama kelurahan di kota Malang
·         Otrahum                      = Muharto, nama jalan utama di kota Malang
·         Onet                            = Cina
·         Genaro                        = orang
·         Nolo                            = Belanda
·         Silup                            = polisi
·         Nolab                          = balon/pelacur
·         Sam                             = mas
·         Nganal                         = lanang (Indonesia : laki-laki/pria)
·         Kodew                         = wedok (Jawa standar : wadon, Indonesia :                                                                                     perempuan/wanita)
·         Nakam                         = makan
·         Asrob                          = minum
·         Oskab                          = bakso
·         Kunam                         = manuk (ngurub = burung)
·         Lecep                          = pecel
·         Ciwe                            = weci
·         Rayab                          = bayar
·         Dirayabi                      = dibayari
·         Ebes                            = bapak, panggilan hormat tidak formal
·         Oges                            = sego (Indonesia : nasi)
·         Osob                            = boso (Indonesia : bahasa)
·         Osob kiwalan              = boso walikan
·         Ayas                            = saya
·         Nganem                       = menang
·         Kera                            = arek (Jawa standar : bocah)
·         Hamur                         = rumah
·         Oyi/ojrit                       = iyo (Indonesia : ya)
·         Woles                          = slow (Indonesia : pelan-pelan/santai)
·         Utapes                         = sepatu
·         Libom                          = mobil
·         Adapes                        = sepeda
·         Adapes rotom             = sepeda motor
·         Oker                            = rokok
·         Ojir                              = uang
·         Uklam                         = mlaku (Indonesia : berjalan)
·         Uklam-uklam              = mlaku-mlaku (Indonesia : jalan-jalan)
·         Ublem                         = mlebu (Indonesia : masuk)
·         Utem                           = metu (Indonesia = keluar) 


Dapat dilihat bahwa osob Ngalam bukan hanya terdiri dari kata-kata yang dibalik, melainkan juga mendapat pengaruh dari banyak faktor. Bahkan, dalam salah satu kosa katanya dipengaruhi oleh bahasa Arab. Kata yang dipengaruhi oleh bahasa tersebut adalah asrob yang berarti 'minum' yang dalam bahasa Arab berarti 'saya minum', begitu pula dengan kata ebes yang berarti 'bapak' mendapat pengaruh dari kata abah dalam bahasa Arab dengan arti yang sama. Lain halnya dengan kata ojir yang berarti 'uang'. Kata tersebut diperkirakan berasal dari ijir yang berarti 'menghitung'. Dengan demikian pembentukan kosa kata yang dipengaruhi oleh banyak faktor ini membuktikan bahwa bahasa itu bersifat arbitrer atau suka-suka. 

Jumat, 06 Februari 2015

Gagal Maning: Coba Lagi!



Generasi 90an pasti sudah tidak asing lagi dengan kata-kata -frasa, lebih tepatnya- di atas yang seringkali diucapkan oleh "teman" Ucil dari bangsa tuyul yang selalu gagal dalam usaha menangkapnya. "Gagal maning" berarti "gagal lagi", ucapan yang cukup populer, bahkan hingga saat ini.

Sejalan dengan ungkapan tersebut, dalam hidup ini juga terkadang kita merasakan kegagalan yang "maning"; lagi dan lagi; terus-menerus. Contoh yang paling dekat, baru saja saya merasakan kegagalan dalam seleksi administrasi sebuah beasiswa. Meskipun pendaftaran beasiswa tersebut bukan jaminan seratus persen kegagalan saya yang lainnya, tetapi rasanya juga sama saja. Begitulah rasa kegagalan. Hal yang bisa saya lakukan adalah melakukan koreksi, evaluasi, dan identifikasi terhadap hal-hal yang disinyalir menjadi penyebab kegagalan tersebut. Hasil pekerjaan pasca kegagalan tersebut seringkali bermuara pada kurangnya sikap totalitas dalam berusaha sehingga hasil yang didapatkan pun tidak maksimal.

Demikianlah hal yang hanya bisa dilakukan manusia: berusaha sekuat tenaga. Tentang hal ini pun, saya terkadang masih bertanya-tanya. Di manakah batas "sekuat tenaga" itu? Sekuat-tenaga tersebut dapat terlihat dari usaha kita yang total atau setengah-setengah. Itulah rumusan sekuat tenaga menurut saya. Jika kita sudah berusaha dengan totalitas, maka layaklah kita berserah diri kepada-Nya. Buatlah diri kita layak mendapatkan hal yang kita inginkan!

Senin, 02 Februari 2015

Pelajaran dari Satu Digit




Angka bukan sembarang angka. Satu digit saja dapat membuat perbedaan yang begitu berarti. Dengan satu digit tersebut manusia dapat terangkat derajatnya, dengan satu digit itu pulalah manusia dapat menghinakan dirinya sendiri. Apa gerangannya dengan satu digit itu? Bagaimana mungkin hal remeh itu membikin seseorang menjadi galau? Seberapa besarkah kekuatannya sehingga ada seorang manusia yang mau bersusah-susah menuliskan tentangnya?
Lihat? Selalu ada pilihan dalam setiap peristiwa dan kita sendirilah yang pada akhirnya memutuskan.

Satu digit yang cukup berarti bagiku, bagi masa depanku. Tak cukup itu saja. Angka  kecil tersebut juga berhasil membuatku merasa gelisah, kecewa, sedih. Perasaanku bercampur aduk saat mengetahui aku benar-benar membutuhkan satu digit itu. Sungguh luar biasa pengaruhnya!

Andaikan... andaikan... andaikan... Memang, penyesalan selalu datang terakhir. Aku, tiba-tiba, teringat sebuah perkataan, tentang penyesalan ini, bahwa orang yang bisa menempatkan penyesalan tersebut di awal adalah seseorang yang telah mengenal hakikat kehidupan. Sampai sekarang aku belum menemukan makna dari perkataan yang pada awalnya aku anggap sebuah kemustahilan itu. Bukankah penyesalan memang seharusnya datang belakangan? Apa namanya jika penyesalan datang di awal? Ah, terkaan ini mulai menghantui pikiranku: tanya-jawab dalam diriku sendiri. Apakah hal tersebut ada kaitannya dengan perkataan seorang tokoh besar bahwa orang yang waskitha adalah orang yang melihat kejadian dari sebab-musababnya? 

Akhirnya, tak ada yang perlu disesali. Aku hanya bisa belajar dari kejadian tersebut, apa yang aku dapatkan sesuai dengan apa yang aku usahakan. Ya, barangkali aku kurang berusaha.


Minggu, 01 Februari 2015

Ketan Legenda Kota Batu

Ketan susu-keju-meises


Kota Batu memang sudah terkenal dengan wisatanya dan memiliki nama populer KWB (Kota Wisata Batu). Pada kota ini terdapat beberapa destinasi wisata, di antaranya Selecta, Jatim Park, Pulau Sempu, dan masih banyak lagi. Selain tempat-tempat tersebut, salah satu destinasi wisata yang, bisa dibilang, agak unik adalah ketan "Legenda" Batu. Ketan-Legenda/Batu, ketan/Legenda-Batu, atau ketan/Legenda/Batu? Hehe. Apapun itu, sudah jelas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan ketan tersebut adalah sebuah makanan. Itulah yang paling jelas.

Perkenalan saya dengan ketan ini unik pada awalnya. Seorang teman menawarkan ketan tersebut saat saya main ke rumahnya. Saya merasa tawaran tersebut sebagai tawaran yang biasa saja, wajar. Akan tetapi, semuanya berubah ketika saya diberi tahu bahwa ketan tersebut "ada isinya". Nah, ini dia yang menarik saya pikir. Waktu itu ada dua varian ketan, susu dan bubuk (bumbu pecel). Saya pilih yang isi susu biar gapapa. Hehe. Wah, enak sekali! Saya langsung menanyakan di mana ketan tersebut dapat dibeli. Ternyata, ketan tersebut sudah cukup dikenal luas. Namanya adalah Ketan "Legenda" Kota Batu. Kata "Legenda" tersebut merujuk pada kepopuleran ketan ini menurut teman saya. Kenyataan tersebut juga menunjukkan bahwa, ternyata, saya ini kurang berwisata. Hehe. Karena penasaran, akhirnya saya mencoba menelusuri tetek-bengek destinasi kuliner ini. Berikut adalah hasil pencarian saya.

1. Berdiri sejak tahun 1967
2. Berlokasi di kota Batu, Malang (Sebelah barat alun-alun kota Batu)
3. Buka mulai 16.00-04.00 WIB
4. Memiliki 12 varian rasa
5. Harga mulai Rp 4000-10.000

Demikianlah hasil penelusuran saya melalui google. Berikut saya sertakan link untuk lebih detail mengenai lokasi dan tetek-bengek ketan Legenda tersebut. Selamat mencoba!